e-Book
Download e-Book Mimpi-Mimpi Einstein (Alan Lightman)
Dunia mengenal Einstein sebagai ilmuwan. Dunia mengenal
Einstein sebagai fisikawan. Sorot mata tajam, rambut acak-acakan, dan dahi
lebar berpadu menjadi sebuah simbol kecerdasan yang sempurna. Wajah fenomenal
yang sedang menjulurkan lidah diabadikan menjadi sebuah foto yang sangat
terpatri di benak setiap orang. Rumus e = mc2 mungkin adalah rumus fisika yang
paling populer dalam jejak peradaban manusia, terlepas dari orang-orang yang
mengetahui itu apakah paham atau tidak. Kecerdasan dan popularitasnya soelah
menunjukkan bahwa kata Einstein adalah sinonim dari satu kata sakti: jenius.
Download 'Mimpi-Mimpi Einstein' (pdf) via
usersclouds disini
solidfiles disini
tusfiles disini
zippyshare disini
ourupload disini
Kejeniusan yang diwakili oleh rumus e = mc2 seolah menutup
sisi-sisi humanis Albert Einstein. Perlu disadari oelh setiap orang bahwa
Einstein dalam karier fisika teorinya juga menemui banyak tantangan dan
rintangan. Perlu disadari pula bahwa eistein sebagai manusia biasa juga
memiliki sisi emosional yang amat sensitif. Dia sempat menganggur selama dua
tahun setelah dia memperoleh gelar sarjana dari Politeknik Zurich,
menggantungkan hidup dari belas kasih sahabat dan kerabat, hingga akhirnya ia
memperoleh pekerjaan tetap di Kantor Paten Swiss. Sebuah pekerjaan yang cukup
menghidupi keluarga kecilnya bersama Mileva Maric, meski ia sendiri tidak
begitu menginginkan pekerjaan itu sebelumnya. Masa-masa ini merupakan masa
transisi Einstein, dari seorang pemuda jenius pemberontak hingga akhirnya
menjadi penggagas dua teori yang menjadi untuk mendeskripsikan fenomena kuantum: Teori Relativitas Umum dan
Teori Relativitas Khusus.
Masa-masa kerja di Kantor Paten Swiss inilah yang disorot
oleh Alan Lightman, seorang penulis fiksi ilmiah sekaligus fisikawan ternama
dari Amerika Serikat. Lightman memberi penegasan pada sisi lain Einstein,
terutama faktor imajinasi dan emosi. Sebagai seorang yang terlahir dengan
seorang yang memiliki kecenderungan mengamati hal-hal mendetail seperti anak
kecil yang gemar membongkar mainannya, Einstein memiliki kecenderungan
membayangkan sesuatu secara visual. Hal itulah yang membuatnya mampu merumuskan
kedua teori ampuh tersebut tanpa percobaan fisik seperti ilmuwan lain.
Sebelum merumuskan dunia ruang dan waktu dalam sebuah teori,
Eintstein membayangkan segala sesuatu secara visual. Imajinasi tersebut
tertanam dalam benak Einstein, bahkan terbawa dalam mimpinya selama beberapa
malam. Mimpi yang dia alami bukanlah mimpi seprti kebanyakan orang, tetapi
mimpi tentang ruang dan waktu itu sendiri. Waktu yang tidak hanya berjalan maju
seperti yang dialami di dunia nyata, seandainya waktu memang berjalan begitu.
Waktu yang berjalan mundur, di mana akibat mendahului sebab. Waktu yang
berjalan berputar, waktu di mana orang-orang mengalami suatu hal tidak hanya
sekali, tetapi ratusan, ribuan, bahkan dalam jumlah yang tak terhingga. Dan
banyak waktu-waktu lain yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Simak penggalan
di bawah ini:
“Di suatu dunia, waktu berjalan lingkaran. Orang-orang di
dalamnya tak henti mengulang takdirnya tanpa perubahan sedikit pun.. Di tempat
lain, orang emncoba menangkap waktu, yang berwujud burung bulbul ke dalam
guci.. Di tempat lain tak ada lagi waktu, yang ada hanyalah peristiwa-peristiwa
yang membeku.”
Semua itu adalah visi yang dengan lembut menggali esensi
waktu, satu petualangan kreativitas, satu kemegahan dari
kemungkinan-kemungkinan dan keindahan dari mimpi-mimpi yang dialami Einstein
lewat intuisi, imajinasi, dan kreativitasnya.
Ada beberapa hal yang patut dicatat ketika orang membaca
novel ini, sebuah novel yang singkat dan cergas. Orang akan larut dalam
imajinasinya sendiri, terpesona oleh keindahan narasi dan deskrpisi yang
dituturkan Lightman dengan sederhana. Banyak hal dala hidup ini yang tercermin
di dalam penggalan-penggalan cerita di dalamnya. Kegagalan, keterpurukan,
kesombongan, hingga putus cinta tersurat secara gamblang, Juga emosi-emosi yang
secara tidak sengaja tersampaikan hungga membuat kita tertawa, sedih, dan
berpikir. Simak dua penggalan cerita dari sebuah mimpi yang dialami Einstein
pada tanggal 2 Juni 1905:
“Buah persik cokelat yang telah lembek itu diambil dari
tumpukan sampah dan ditaruh di meja untuk disegarkan. Persik itu kembali segarm
mengeras dan dibawa dalam kantong belanja ke kedai sayur, ditaruh di rak,
dipindahkan dan dipak dalam peti kayu, kembali menempel di pohon dengan bunga
merah jambu. Duni seperti ini waktu berjalan ke belakang.”
“Seorang lelaki berdiri di samping makam temannya, menabur
bongkahan tanah di atas peti, merasakan dinginnya bulan april yang menampar
wajahnya. Tetapi, ia tidak menangis. Ia menerawang ke hari-hari ketika
paru-paru temannya masih kuat, saat temannya bangkit dari tempat tifur dan
tertawa, saat keduanya minum bir keras bersama, pergi berlayar, ngobrol. Ia
tidak menangis. Ia menanti dengan penuh kerinduan hari istimewa yang Ia ingat
di masa depan ketika mereka makan roti lapis yang tersaji di meja yang
rendah..”
Dapat kita lihat sebuah pengharapan, penyesalan, dan
perasaan entah itu sedih atau bahagia. Cerita yang dinarasikan dalam dunia
fiktif, tetapi secara tidak kita duga penulis merefleksikan tanggapan emosi
yang nyata dalam narasi tersebut. Setiap orang pernah mengalami penyesalan,
saat itu pula ia ingin kembali ke masa lalunya untuk menambal setiap asa yang
rapuh, menyuntik vaksin harapan sebelum virus kegagalan menyerang. Namun
apadaya, dalam waktu yang dialami makhluk hidup di semesta ini adalah waktu
yang seperti kita alami.
Lightman berhasil membawa emosi yang dialami oleh
orang-orang di dalam mimpi Einstein kepada setiap pembaca yang pernah mengalami
masalah-masalah di dalam hidupnya. Pembaca akan merasakan hal yang berbeda jika
membaca novel ini dalam rentang waktu yang berbeda. Pembaca yang baru saja
merasakan kelulusan sekolah mungkin tidak akan mengerti konsekuensi dari waktu
yang berjalan bagai arus sungai deras, di mana waktu bisa dibelokkan oleh batu
dan terloncat dalam bentuk riak-riak kecil.
Namun, mahasiswa yang baru saja memulai kuliah mungkin akan merasakan
konsekuensi akan hal-hal yang tak terduga, konsekuensi akan percepatan waktu
yang seakan-akan bertambah dan akan beriak kapan saja.
Di tengah banyaknya pujian dan penghargaan yang diterima
Alan Lightman atas novel Mimpi-mimpi Einstein, belum lagi adaptasi novel ini
dalam sandiwara radio dan tetater, perlu digarisbawahi beberapa hal mengenai
banyak hal. Hal yang paling mengganjal adalah kemungkinan timbulnya respon yang
datar-datar saja dari pembaca. Kondisi ini akan muncul jika pembaca tidak
mengerti apa sesungguhnya alur waktu itu. Namun, hal ini bukan berarti pembaca
harus paham dahulu apa itu arti Teori Relativitas Khusus. Selain itu, aka
muncul hal serupa bagi mereka yang belum mengalami banyak permasalahan hidup.
Baik itu kegagalan, kejayaan, kesedihan yang mendalam, dan kegembiraan yang
meluap-luap.
Keceriaan, kebahagiaan, dan kegembiraan muncul silih
berganti dengan kesedihan, kemalangan, dan kegagalan dalam narasi tentang waktu
yang berjalan dalam konsepsi relativitas. Peran Michael Besso sebagai sahabat
sejak kuliah sedikit benyak memberi nilai tambah dalam novel ini. Namun,
gambaran tentang kehidupan Albert Einstein di dalam keseharian di tengah kota
Bern, termasuk suasana di kota ini mulai dari orang-orang dan gedung-gedung
sekitar kurang dideskripsikan dengan baik. Akhirnya, novel ini hanya membawa
fantasi pembaca kepada fantasi Einstein, saran-saran Besso, dan catatan-catatan
Einstein di atas meja. Tentunya, deskripsi kota Bern yang indah dan terkenal
karena menara Zytglogge-nya perlu dibawa ke dalam novel agar pembaca dapat
merasakan kondisi organik dunia Einstein.
Di luar hal tersebut, siapapun yang telah menjalani roda
kehidupan, pasti akan merasakan satu hal yang setelah membaca buku ini.
Perasaan itu adalah: kegembiraan.
Download 'Mimpi-Mimpi Einstein' (pdf) via
usersclouds disini
solidfiles disini
tusfiles disini
zippyshare disini
ourupload disini
Post a Comment
0 Comments