e-Book
Sejarah Tuhan - Karen Armstrong
“Tuhan” adalah tema yang selalu menarik untuk dibahas pada semua periode waktu. Ia berputar terus-menerus di kepala manusia dari generasi ke generasi dalam segala aspek; konsep-Nya, wujud-Nya, kemampuan-Nya, serta segala sesuatu yang berkenaan dengan-Nya. Inilah yang ditangkap oleh Karen Armstrong dan Ia angkat dalam bukunya “Sejarah Tuhan”.
Karen Armstrong adalah seorang penulis, pengarang, dan feminis yang menghabiskan masa mudanya sebagai seorang biarawati dari Ordo Society of Holy Child Jesus. Ia kemudian dikirim untuk melanjutkan studi sarjana dan master di Universitas Oxford dalam jurusan sastra dan sejarah Inggris sekaligus mengajar di Universitas London. Sembari menempuh program studi inilah ia memutuskan untuk keluar dari ordonya dan menulis beberapa buku tentang kehidupannya yang dibatasi dan terkekang dalam gereja. Ia kemudian melanjutkan penelitiannya tentang studi agama-agama terutama tiga agama samawi; yahudi, kristen, dan islam. Buku-buku hasil penelitiannya inilah yang menyebabkan ia mendapatkan banyak apresiasi dari banyak pihak sekaligus kritikan bahkan intimidasi dari pihak lainnya.
Tersusun ke dalam sebelas bab, secara berturut-turut buku “Sejarah Tuhan” berisi; Bab I: Pada Mulanya, Bab II: Tuhan Yang Satu, Bab III: Cahaya Bagi Kaum Non-Yahudi, Bab IV: Trinitas; Tuhan Kristen, Bab V: Keesaan; Tuhan Islam, Bab VI: Tuhan Para Filosof, Bab VII: Tuhan Kaum Mistik, Bab VIII: Tuhan Bagi Para Reformis, Bab IX: Pencerahan, Bab X: Kematian Tuhan?, Bab XI: Adakah Masa Depan Bagi Tuhan?
Pada bab pertama, sang penulis mencoba menjelaskan bahwa monoteisme atau kepercayaan akan adanya satu Tuhan adalah konsep pertama manusia tentang Tuhan. Namun, konsep “satu” Tuhan disini memiliki banyak versi sesuai dengan wilayah yang ada. Diantaranya adalah konsep “Tuhan Tertinggi” atau “Dewa Langit” yang membawahi Tuhan-tuhan lainnya. Misal yang lain adalah Yahweh, Tuhan bangsa Yahudi. Deskripsi tentang Yahweh beserta proses terbentuknya kepercayaan Yahudi dikemukakan dengan sangat gamblang pada bab kedua dimulai dari kejadian penampakan sosok “Tuhan” oleh Yesaya di singgasana sebuah kuil hingga keadaan bangsa Yahudi bertahun-tahun setelahnya.
Bab ketiga dan keempat bertolak belakang karena menjelaskan sejarah kepercayaan Kristen beserta evolusi yang tejadi di dalamnya. Apabila pada bab kedua dijelaskan tentang kemunculan agama kristen dimana Yesus hanya dianggap sebagai manusia mulia yang membawa risalah Tuhan, maka pada bab keempat dijelaskan kronologi melencengnya aqidah kristiani pada awal abad keempat. Hal tersebut bermula dari motif politik Kaisar Konstantin untuk melanggengkan kekuasaannya dengan memotori penyelenggaraan Konisili Nicea. Didalamnya, para uskup dari berbagai penjuru berkumpul untuk menyepakati Trinitas, dosa waris, kewenangan gereja, dan dogma-dogma lainnya. Kesepakatan-kesepakatan itulah yang akhirnya menjadi ajaran utama dari kepercayaan kristiani dan menghapuskan kepercayaan aslinya.
Islam dengan tauhid sebagai inti ajarannya dibahas pada bab kelima. Bermula dari proses turunnya wahyu pertama di Gua Hira lewat perantara malaikat Jibril, penulis menceritakan kronologi masuknya faham baru ini ke masyarakat Mekkah. Ia menjelaskan bagaimana agama yang penuh dengan rasionalitas –yang membedakannya dengan agama-agama sebelumnya-ini mengubah masyarakat jahiliyah menjadi pusat peradaban dunia baru.
Tiga bab berikutnya berisi komparasi antara berbagai macam pandangan tokoh maupun sekte yang dibagi ke dalam tiga klasifikasi; filosof, kaum mistik, dan kaum reformis. Bab keenam berisi konsep Tuhan bagi para filosof terutama para filosof islam ketika Arab mulai bersinggungan dengan sains dan filsafat Yunani. Dijelaskanlah konsep Tuhan oleh Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi. Bab ketujuh berisi kosep Tuhan yang dipersonalisasi oleh beberapa sekte dalam Yudaisme, Kristen, dan-dengan kadar yang lebih sedikit-Islam. Sementara itu, bab kedelapan membahas tentang konsep Tuhan yang merebak pada abad kelimabelas dan enambelas terutama di Eropa. Konsep ini mampu membangkitkan Eropa dari keterpurukannya bahkan hingga mengungguli peradaban islam.
Pada bab kesembilan, penulis menjelaskan proses evolusi berfikir bangsa Eropa tentang Tuhan dimana keberadaan-Nya semakin kabur seiring dengan semakin berkembangnya rasionalitas dengan ditemukannya teknologi setelah abad keenambelas. Baru di bab kesepuluh, faham ketiadaan Tuhan yang merebak di Eropa dijelaskan. Muncullah ungkapan-ungkapan nyeleneh seperti “Tuhan adalah candu masyarakat”, “Tuhan telah mati”, dan “Sekiranya Tuhan belum mati, maka adalah tugas bagi manusia yang rasional dan teremansipasi untuk membunuhnya”.
Pada bab terakhir, penulis menjelaskan bahwa konsep atheisme-dengan segala jenisnya-bukanlah solusi hidup dibuktikan dengan makin banyaknya permasalahan di muki bumi seperti munculnya wabah penyakit HIV, perang yang berkecamuk, dsb.
Buku ini sangat layak untuk dibaca terutama bagi siapa saja yang menggeluti bidang perbandingan agama karena sejumlah alasan diantaranya; penjelasan didalamnya yang begitu komprehensif dengan banyak sekali referensi, terdapat glosarium sehingga memudahkan pemahaman terhadap istilah ilmiah, terdapat pula peta yang memperjelas ilustrasi, serta kelebihan-kelebihan lainnya. Namun, dalam membacanya dibutuhkan kesiapan mental dan keimanan karena semua agama yang dibahas diberdirikan secara sejajar.
Karen Armstrong adalah seorang penulis, pengarang, dan feminis yang menghabiskan masa mudanya sebagai seorang biarawati dari Ordo Society of Holy Child Jesus. Ia kemudian dikirim untuk melanjutkan studi sarjana dan master di Universitas Oxford dalam jurusan sastra dan sejarah Inggris sekaligus mengajar di Universitas London. Sembari menempuh program studi inilah ia memutuskan untuk keluar dari ordonya dan menulis beberapa buku tentang kehidupannya yang dibatasi dan terkekang dalam gereja. Ia kemudian melanjutkan penelitiannya tentang studi agama-agama terutama tiga agama samawi; yahudi, kristen, dan islam. Buku-buku hasil penelitiannya inilah yang menyebabkan ia mendapatkan banyak apresiasi dari banyak pihak sekaligus kritikan bahkan intimidasi dari pihak lainnya.
Tersusun ke dalam sebelas bab, secara berturut-turut buku “Sejarah Tuhan” berisi; Bab I: Pada Mulanya, Bab II: Tuhan Yang Satu, Bab III: Cahaya Bagi Kaum Non-Yahudi, Bab IV: Trinitas; Tuhan Kristen, Bab V: Keesaan; Tuhan Islam, Bab VI: Tuhan Para Filosof, Bab VII: Tuhan Kaum Mistik, Bab VIII: Tuhan Bagi Para Reformis, Bab IX: Pencerahan, Bab X: Kematian Tuhan?, Bab XI: Adakah Masa Depan Bagi Tuhan?
Pada bab pertama, sang penulis mencoba menjelaskan bahwa monoteisme atau kepercayaan akan adanya satu Tuhan adalah konsep pertama manusia tentang Tuhan. Namun, konsep “satu” Tuhan disini memiliki banyak versi sesuai dengan wilayah yang ada. Diantaranya adalah konsep “Tuhan Tertinggi” atau “Dewa Langit” yang membawahi Tuhan-tuhan lainnya. Misal yang lain adalah Yahweh, Tuhan bangsa Yahudi. Deskripsi tentang Yahweh beserta proses terbentuknya kepercayaan Yahudi dikemukakan dengan sangat gamblang pada bab kedua dimulai dari kejadian penampakan sosok “Tuhan” oleh Yesaya di singgasana sebuah kuil hingga keadaan bangsa Yahudi bertahun-tahun setelahnya.
Bab ketiga dan keempat bertolak belakang karena menjelaskan sejarah kepercayaan Kristen beserta evolusi yang tejadi di dalamnya. Apabila pada bab kedua dijelaskan tentang kemunculan agama kristen dimana Yesus hanya dianggap sebagai manusia mulia yang membawa risalah Tuhan, maka pada bab keempat dijelaskan kronologi melencengnya aqidah kristiani pada awal abad keempat. Hal tersebut bermula dari motif politik Kaisar Konstantin untuk melanggengkan kekuasaannya dengan memotori penyelenggaraan Konisili Nicea. Didalamnya, para uskup dari berbagai penjuru berkumpul untuk menyepakati Trinitas, dosa waris, kewenangan gereja, dan dogma-dogma lainnya. Kesepakatan-kesepakatan itulah yang akhirnya menjadi ajaran utama dari kepercayaan kristiani dan menghapuskan kepercayaan aslinya.
Islam dengan tauhid sebagai inti ajarannya dibahas pada bab kelima. Bermula dari proses turunnya wahyu pertama di Gua Hira lewat perantara malaikat Jibril, penulis menceritakan kronologi masuknya faham baru ini ke masyarakat Mekkah. Ia menjelaskan bagaimana agama yang penuh dengan rasionalitas –yang membedakannya dengan agama-agama sebelumnya-ini mengubah masyarakat jahiliyah menjadi pusat peradaban dunia baru.
Tiga bab berikutnya berisi komparasi antara berbagai macam pandangan tokoh maupun sekte yang dibagi ke dalam tiga klasifikasi; filosof, kaum mistik, dan kaum reformis. Bab keenam berisi konsep Tuhan bagi para filosof terutama para filosof islam ketika Arab mulai bersinggungan dengan sains dan filsafat Yunani. Dijelaskanlah konsep Tuhan oleh Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi. Bab ketujuh berisi kosep Tuhan yang dipersonalisasi oleh beberapa sekte dalam Yudaisme, Kristen, dan-dengan kadar yang lebih sedikit-Islam. Sementara itu, bab kedelapan membahas tentang konsep Tuhan yang merebak pada abad kelimabelas dan enambelas terutama di Eropa. Konsep ini mampu membangkitkan Eropa dari keterpurukannya bahkan hingga mengungguli peradaban islam.
Pada bab kesembilan, penulis menjelaskan proses evolusi berfikir bangsa Eropa tentang Tuhan dimana keberadaan-Nya semakin kabur seiring dengan semakin berkembangnya rasionalitas dengan ditemukannya teknologi setelah abad keenambelas. Baru di bab kesepuluh, faham ketiadaan Tuhan yang merebak di Eropa dijelaskan. Muncullah ungkapan-ungkapan nyeleneh seperti “Tuhan adalah candu masyarakat”, “Tuhan telah mati”, dan “Sekiranya Tuhan belum mati, maka adalah tugas bagi manusia yang rasional dan teremansipasi untuk membunuhnya”.
Pada bab terakhir, penulis menjelaskan bahwa konsep atheisme-dengan segala jenisnya-bukanlah solusi hidup dibuktikan dengan makin banyaknya permasalahan di muki bumi seperti munculnya wabah penyakit HIV, perang yang berkecamuk, dsb.
Buku ini sangat layak untuk dibaca terutama bagi siapa saja yang menggeluti bidang perbandingan agama karena sejumlah alasan diantaranya; penjelasan didalamnya yang begitu komprehensif dengan banyak sekali referensi, terdapat glosarium sehingga memudahkan pemahaman terhadap istilah ilmiah, terdapat pula peta yang memperjelas ilustrasi, serta kelebihan-kelebihan lainnya. Namun, dalam membacanya dibutuhkan kesiapan mental dan keimanan karena semua agama yang dibahas diberdirikan secara sejajar.
Download Sejarah Tuhan (pdf) via
solidfiles disini
usercloud disini
Post a Comment
0 Comments