Alan Turning
Film "The Imitation Game" (Alan Turning)
The Imitation Game (2014) adalah sebuah film yang diangkat dari biografi Alan Mathison Turing dimana tokoh ini berperan besar dalam memenangkan perang untuk sekutu pada perang dunia kedua. Alan Turing ketika masa pecah perang dunia kedua bekerja sama dengan ahli kriptoanalisis untuk memecahkan kode enigma, yaitu sebuah sandi atau kode yang digunakan oleh jerman. Turing mempunyai peran penting dalam memecahkan kode enigma tersebut dan merupakan salah satu dari sekian orang yang berpikir tentang komputer digital.
Dalam The Imitation Game (2014), tokoh Alan Turing diperankan oleh Benedict Cumberbatch yang sebelumnya telah dikenal lewat serial Sherlock dan trilogy The Hobbit. Film ini dimulai dengan Turing yang bekerjasama dengan ahli kriptoanalisis dengan dipimpin oleh Hugh Alexander (Mathhew Goode). Turing yang memiliki ego serta cara berpikir sendiri memilih untuk menyendiri dan membuat sebuah alat untuk memecahkan kode enigma ketimbang menerjemahkan naskah kode enigma dalam satu hari dengan kemungkinan tak terhingga. Adalah Stewart Menzies (Mark Strong) yang mempercayai alat Turing dapat bekerja dan akhirnya memberikan donasi sebesar 100.000 poundsterling untuk menyelesaikan mesinnya. Selain itu, Turing pun menggantikan Hugh sebagai pemimpin tim. Langkah pertama pun diambil dengan memecat orang yang dianggap tidak kompeten lalu mencari anggota baru melalui teka-teki silang, yang kini dikenal dengan Test Turing. Joan Elizabeth Clarke (Keira Knightley) yang berhasil memecahkan test turing dalam waktu 5 menit 43 detik lebih cepat dari waktu yang diberikan, yaitu enam menit.
Turing yang telah mengumpulkan tim tersebut kemudian mulai bersama-sama memecahkan kode enigma dengan mesin yang dirancang olehnya dengan diberikan nama ‘Christopher’ walau disisi lain Commander Denniston (Charles Dance) sangat tidak menyetujui proyek Turing ini.
Film The Imitation Game (2014) mampu tampil dengan konsistensian menjaga grafik emosi yang dibangun. Salah satu kendala film biografi adalah tingkat jenuh yang tinggi namun Morten Tydlum yang duduk dibangku sutradara mampu memainkan film ini dengan sangat cerdas menggunakan gaya non linear. Film ini tidak berjalan linear namun bekerja dengan berpindah waktu antara masa kecil Turing, dimana dirinya mengalami jatuh cinta kepada seorang pria bernamakan Christopher hingga masa dimana titik terjatuh Turing, yaitu ketika dirinya didakwa atas kasus tindakan sesonoh karena dirinya adalah seorang homosexual.
Benedict Cumberbatch pun menampilkan performa yang baik dalam memerankan Alan Turing atau lebih tepatnya sangat luar biasa hingga dirinya mendapatkan nominasi pada Academy Award sebagai Best Actors bersaing dengan Alejandro G.I (Birdman), Richard Linklater (Boyhood), Bennet Miller (Fox Catcher), dan Wes Anderson (The Grand Budapest Hotel). Jangan lupakan Keira Knightly yang telah akrab dengan gaya sensual british-nya mampu menarik simpatik dan berhasil memperkuat tokoh Clarke yang bersikap intelektual dengan menerima Turing sebagai tunangannya dikala dia mengetahui pasangannya adalah seorang homosexual.
The Imitation Game (2014) adalah film yang tidak hanya menceritakan sejarah dari Alan Turing namun juga mempertegas tentang human rights, film ini didukung oleh gerakan Human Rights Campaign, sebuah group LGBT di United States ketika pemutarannya di Waldorf Astoria, New York Ciy. Pengaruh film ini sangat besar karena menuju akhir film, penderitaan Turing terbesar adalah karena dirinya seorang homosexual dan harus memilih antara dipenjara hingga 2 tahun atau dirinya menerima injeksi hormon dengan dikebiri. Turing pun memilih pilihan kedua walau akhirnya setelah setahun menerima injeksi hormone tersebut dia memilih mengakhiri hidupnya. Buat dirinya, Christopher adalah satu-satunya yang membuat dirinya mampu untuk hidup.
Film ini bukan sekedar film yang memperlihatkan tentang kejeniusan seseorang dan suffering yang diterimanya, tidak semata-mata sebuah film moral tentang jatuh bangun hidup seseorang. Ini lebih dari itu. Dia mempertegas tentang eksistensi homosexual sesungguhnya di UK ketika masa perang dunia kedua. Bahkan setelah puluhan tahun lamanya baru ditahun 2013, Turing menerima penghargaan dan diberikan pengampunan atas kejahatannya sebagai seorang Homosexual oleh Queen Elizabet II sementara itu dimasa yang sama sebanyak 49.000 laki-laki dan wanita homosexual mengalami hukuman yang sama namun tidak menerima pengampunan yang sama halnya dengan Turing.
Bukan hanya sekadar tindakan heroic belaka yang ditonjolkan dalam sisi Turing namun dimana dia sebagai seorang manusia diperlihatkan secara terang-terangan dan begitu memilukan. Tidak berlebihan bila dibilang ini adalah sebuah film tentang cinta atau bisa dibilang juga sebagai film LGTB sama halnya dengan Brokeback Mountain (2015) yang berhasil meraih Oscar. Tetapi sejujurnya, film ini adalah sebuah perjuangan yang ingin menyatakan hak yang sama terhadap setiap diri manusia.
Dengan kekuatan yang luar biasa dan pondasi yang tidak mudah rapuh tersebut, The Imitation Game (2014) berhasil menerima 8 nominasi penghargaan pada Academy Award, termasuk didalamnya Best Pictures (bersaing dengan American Sniper, Boyhood, The Grand Budapest, Selma, The Theory of Everything, Whiplash dan Birdman).
Dalam The Imitation Game (2014), tokoh Alan Turing diperankan oleh Benedict Cumberbatch yang sebelumnya telah dikenal lewat serial Sherlock dan trilogy The Hobbit. Film ini dimulai dengan Turing yang bekerjasama dengan ahli kriptoanalisis dengan dipimpin oleh Hugh Alexander (Mathhew Goode). Turing yang memiliki ego serta cara berpikir sendiri memilih untuk menyendiri dan membuat sebuah alat untuk memecahkan kode enigma ketimbang menerjemahkan naskah kode enigma dalam satu hari dengan kemungkinan tak terhingga. Adalah Stewart Menzies (Mark Strong) yang mempercayai alat Turing dapat bekerja dan akhirnya memberikan donasi sebesar 100.000 poundsterling untuk menyelesaikan mesinnya. Selain itu, Turing pun menggantikan Hugh sebagai pemimpin tim. Langkah pertama pun diambil dengan memecat orang yang dianggap tidak kompeten lalu mencari anggota baru melalui teka-teki silang, yang kini dikenal dengan Test Turing. Joan Elizabeth Clarke (Keira Knightley) yang berhasil memecahkan test turing dalam waktu 5 menit 43 detik lebih cepat dari waktu yang diberikan, yaitu enam menit.
Turing yang telah mengumpulkan tim tersebut kemudian mulai bersama-sama memecahkan kode enigma dengan mesin yang dirancang olehnya dengan diberikan nama ‘Christopher’ walau disisi lain Commander Denniston (Charles Dance) sangat tidak menyetujui proyek Turing ini.
Film The Imitation Game (2014) mampu tampil dengan konsistensian menjaga grafik emosi yang dibangun. Salah satu kendala film biografi adalah tingkat jenuh yang tinggi namun Morten Tydlum yang duduk dibangku sutradara mampu memainkan film ini dengan sangat cerdas menggunakan gaya non linear. Film ini tidak berjalan linear namun bekerja dengan berpindah waktu antara masa kecil Turing, dimana dirinya mengalami jatuh cinta kepada seorang pria bernamakan Christopher hingga masa dimana titik terjatuh Turing, yaitu ketika dirinya didakwa atas kasus tindakan sesonoh karena dirinya adalah seorang homosexual.
Benedict Cumberbatch pun menampilkan performa yang baik dalam memerankan Alan Turing atau lebih tepatnya sangat luar biasa hingga dirinya mendapatkan nominasi pada Academy Award sebagai Best Actors bersaing dengan Alejandro G.I (Birdman), Richard Linklater (Boyhood), Bennet Miller (Fox Catcher), dan Wes Anderson (The Grand Budapest Hotel). Jangan lupakan Keira Knightly yang telah akrab dengan gaya sensual british-nya mampu menarik simpatik dan berhasil memperkuat tokoh Clarke yang bersikap intelektual dengan menerima Turing sebagai tunangannya dikala dia mengetahui pasangannya adalah seorang homosexual.
The Imitation Game (2014) adalah film yang tidak hanya menceritakan sejarah dari Alan Turing namun juga mempertegas tentang human rights, film ini didukung oleh gerakan Human Rights Campaign, sebuah group LGBT di United States ketika pemutarannya di Waldorf Astoria, New York Ciy. Pengaruh film ini sangat besar karena menuju akhir film, penderitaan Turing terbesar adalah karena dirinya seorang homosexual dan harus memilih antara dipenjara hingga 2 tahun atau dirinya menerima injeksi hormon dengan dikebiri. Turing pun memilih pilihan kedua walau akhirnya setelah setahun menerima injeksi hormone tersebut dia memilih mengakhiri hidupnya. Buat dirinya, Christopher adalah satu-satunya yang membuat dirinya mampu untuk hidup.
Film ini bukan sekedar film yang memperlihatkan tentang kejeniusan seseorang dan suffering yang diterimanya, tidak semata-mata sebuah film moral tentang jatuh bangun hidup seseorang. Ini lebih dari itu. Dia mempertegas tentang eksistensi homosexual sesungguhnya di UK ketika masa perang dunia kedua. Bahkan setelah puluhan tahun lamanya baru ditahun 2013, Turing menerima penghargaan dan diberikan pengampunan atas kejahatannya sebagai seorang Homosexual oleh Queen Elizabet II sementara itu dimasa yang sama sebanyak 49.000 laki-laki dan wanita homosexual mengalami hukuman yang sama namun tidak menerima pengampunan yang sama halnya dengan Turing.
Bukan hanya sekadar tindakan heroic belaka yang ditonjolkan dalam sisi Turing namun dimana dia sebagai seorang manusia diperlihatkan secara terang-terangan dan begitu memilukan. Tidak berlebihan bila dibilang ini adalah sebuah film tentang cinta atau bisa dibilang juga sebagai film LGTB sama halnya dengan Brokeback Mountain (2015) yang berhasil meraih Oscar. Tetapi sejujurnya, film ini adalah sebuah perjuangan yang ingin menyatakan hak yang sama terhadap setiap diri manusia.
Dengan kekuatan yang luar biasa dan pondasi yang tidak mudah rapuh tersebut, The Imitation Game (2014) berhasil menerima 8 nominasi penghargaan pada Academy Award, termasuk didalamnya Best Pictures (bersaing dengan American Sniper, Boyhood, The Grand Budapest, Selma, The Theory of Everything, Whiplash dan Birdman).
Download 'The Imitation Game' via
userscloud disini
tusfiles disini
Post a Comment
0 Comments